By:Hamka Djufri
Pagi itu,jarum jam
dinding menunjukan pukul 7.00 WIT,sinar mentari menembus cela-cela dinding kamar tempatku membaringkan tubuh di
sepanjang malam,menyinari tepat pada wajah yang
menyilaukan mataku sehingga
membuatku harus berpindah tempat tidur,dan menutupi wajah dari kilauan mentari
pagi yang sebenarnya untuk membangunkanku agar menyapanya.
Pagi itu,sang pemilik siang menampakkan wujudnya,perlahan menapak
bak memanjat langit-langit alam di ufuk timur,goresan tinta mentari
berbuah cahaya yang berwarna merah
jingga,indah penuh optimis.Riuh terdengar dentuman dayung dibibir perahu-perahu
para nelayan yang sedang bekemas-kemas
menaikkan peralatan nelayan dari perahu ke rumah mereka,setelah semalaman mencari
rizki ilahi dilautNya yang maha luas guna menghidupkan anak dan istri mereka,seiring
dengan angin pagi yang meniup airlaut menepuk pada tiang-tiang rumah ,menambah
lirih indah irama alam kehidupan perkampungan para Nelayan.
Sementara itu para wanitanya mengepulkan api pada
tungku-tungku dapur rumah mereka,menyiapakan sarapan untuk para hero-hero
(Suami ) mereka yang baru pulang dari berjihad mencari rizki Illahy sepanjang malam dan
menyiapkan minuman teh pagi untuk para Jundi mereka yang akan pergi menimbah ilmu ke- sekolah .”Nak panggil
bapakmu di perahu dan bangunkan om Aji dikamar”ucap Ibu Lela yang sedang sibuk didapur
“ iya ma’,tunggu ya saya masih memakai sepatu,sahut anaknya berusia 10 tahun yang
namanya ”Farid” Beberapa saat kemudian”terdengar suara ketukan dibalik pintu kamar dan terdengar suara panggilan
seorang anak yang memanggil namaku
dengan hati-hati ,”om..Om..Om..dipanggil sama mama.
Sesaat kemudian terdengar lagi ketukan dibalik pintu kamarku”aku
bangkit dari tempat tidur dengan cepat membuka
pintu dan disana berdiri seorang laki-laki yang masih muda berbadan kekar dan
berkulit hitam tersenyum kepadaku,Pak Baim”sapaku seraya mebalas senyumnya,“Dek
ayo kita kedapur minum kopi ”pintahnya,”iya om”akupun langsung keluar dari
kamar,tempat membaringkan tubuhku semalaman kemudian melangka bersama menuju
dapur rumah pak Baim.Pak Baim adalah seorang nelayan tradiosional,Sebagaimana
kehidupan masyarakat nelayan pada umumnya cukup sederhana,rumah gantung atau
rumah tiang yang rata-rata terbuat dari kayu dan bambu serta beratapkan daun
rumbia,sangat sedikit diantara mereka yang memliki rumah beratapkan seng atau
berdinding beton.
Pagi itu,kami pun bercengkrama bersama berceritra dengan
akrab,di temani oleh segelas kopi hangat,dan pisang goreng yang disiapkan oleh
ibu Lela Istrinya pak baim,sementar anak simata wayangnya suda pergi kesekolah
selepas menunggak teh manis dan mencicipi sepiring kecil pisang goreng yang
suda disiapkan oleh ibunya,mengawali pembicaraan kami,saya memulai dengan
pertanyaan kepada Pak baim“Pak Baim banyak ya ikan yang didapat tadi
malam??,”ya Alhamdulillah”jawabnya,”cukup untuk hari ini,”lanjutnya-akupun
melanjutkan dengan bertanya lagi bagaimana cuaca dilaut pak??,iya menjawab
“cuaca tadi malam ya seperti biasa saja”namun ikan suda tidak seperti
biasanya,tempat memancing ikan suda agak jauh dan ikan pun suda tidak sebanyak
dulu.Dulu kami memancing hanya disekitar kampung kami ini,bila kami pergi melaut pada sore hari ,sebelum fajar kami suda
pulang kerumah untuk menjual hasil pancingan kami.
Tapi sekarang Kami harus pergi melaut pada siang hari dan
kembali pada pagi hari,ini karena tempat mancing yang kami cukup jauh sehingga
membutuhkan waktu 3 jam perjalanan dengan menggunakan perahu dayung”Pintah pak
Baim”walaupun tempat memancing sudah semakin jauh,dan ikan-ikan suda semakin
sulit kami dapatkan,kami harus terus berkerja untuk menghidupkan istri dan
anak-anak kami, meskipun kami harus mendayung sampai keujung dunia,karena kami
yakin bahwa semua didunia ini suda ada ketetapannya dari Allah SWT,termasuk rizki
kami”. Sambungnya ,”SubhanaAllah” Ucapku sesaat.
Ucapan pak Baim menandahkan semangat yang kuat untuk
menghidupkan istri dan anaknya dengan usaha dan kerja keras serta keyakinan
yang kuat tentang ketetapan Allah SWT.jarak dan waktu tak menjadi soal olehnya
untuk menginfaqkan seluruh jiwa dan raganya demi istri dan anaknya.Sesungguhnya allah mencintai seorang pekerja
apabila bekerja secara ihsan ( H.R. MUSLIM) .Sebuah hadits Rasullah diatas
juga cukup memberikan lampu hijau tentang kegigihan seorang pekerja bila
didasari atas niat bekerja untuk Allah
Swt atau menyertakan Allah SWT dalam pekerjaannya.
MERAH PUTIH DAN BANGUNAN
KUMUH
Tak Terasa waktu pada jam tanganku sudah menunjukan pukul 11.00
WIT,ternyata suda cukup lama kami duduk berceritra di dapur itu,saking asiknya
dan akrabnya kami berceritra dan berdiskusi di dapur rumah pak Baim,sampai
akupun lupa bahwa ada agenda yang harus aku selesaiakan pada hari itu,akhirnya
kami mengakhiri diskusi itu dan aku bergegas kekamar mengambil perlengkapan
mandiku lalu menuju kekamar mandi atau kakus sebutan penduduk setempat.Setelah
mandi aku bersegera memakai pakaian dan celana kain berwanah hitam yang telah
aku kelurkan sebelumnya dari tas ranselku,kemudian setelah siap akupun pamit
kepada Ibu lela dan Pak Baim untuk keluar berjalan menyelesaikan agenda perjalananku kekampung
Nelayan itu.
Raja siang semakin memancarkan panasnya hingga terasa
mencubit kulitku dan akupun bersegera mamakai topi rimbahku yang berwarnah
hitam dan jaket tebalku untuk melindungi diri dari panas.akupun menapaki jembatan kayu yang papannya sebagian besar sudah
membusuk dan patah,saya memperhatikan jembatan kayu itu yang ternyata sudah
cukup lama di bangun sejak 15 tahun silam dan belum pernah di perbaiki,menurut
informasi dari masyarkat setempat.Rumah para penduduk desa itu sebagian besar
terlihat kumuh,terseok-seok jauh dari kata layak untuk ditempati,Malang Nian Desa
ini,bagaimana mau maju jika akses jalannya sangat buruk seperti ini,Dimana
perhatian pemerintah daerah dalam membangun Desa seperti ini??.Dimana Perhatian
Pemerintah Daerah terhadap ketertinggalan Masyarakat Desa ini??.
Dimana pemimpin dinegeri ini,apakah mereka tidak memiliki
mata untuk melihat Masyarakatnya yang hidup dalam kesusahan dan Penderitaan,Dimana
Pemimpin Negeri ini Apakah mereka tidak memliki telinga untuk mendengarkan
jeritan,tangisan anak-anak bangsa yang sedang kelaparan.Dimana hati nurani
pemimpin Negeri ini ,apakah mereka suda tidak lagi peka dengan kondisi
kemiskinan,keterbelakangan anak-anak bangsa.Mereka hanya pandai Berkata dihadapan
parah rakyat yang luguh dan polos dengan janji-janji kebohongan,agar mereka
dipilih menjadi Kepala Desa,Bupati,Gubernur dan Presiden.
Saya pun berjalan terus mengikuti arah jembatan tua itu agar
menemukan ujungnya,di kejahuan Nampak
ada bangunan yang menarik perahtianku tak jelas bentuknya,berdiri
miring,beratapkan daun rumbia dan didepannya berkibar benderah merah putih,akupun
mempercepat langkahku,sesaat kemudian sampailah aku di ujung jembatan tua itu
dan disitupulah aku melihat secara jelas bangunan yang membuatku
penasaran.Tersentak hati ini,piluh dan sedih,tatapan mataku tak menghindar dan
terus menatap memperhatikan dari sisi-sisi bangunan itu,aku mencoba lebih dekat
memperhatikan apa yang ada didalamnya ternyata ada beberapa anak kecil duduk
dengan rapi didalam ruangan itu dan didepan mereka berdiri sosok laki-laki
setengah Baya yang memakai kemeja putih polos berlengan panjang sedang
menerangkan mata palajaran kepada beberapa anak-anak didiknya.
Bangunan sekolah yang sangat-sangat tertinggal,beratapkan
daun rumbia dan lembaran-lembaran seng yang suda bekas,bangunan yang suda
terseok-seok,terdapat penyangga dari hampir semua sisi bangunan,dan dinding
papan.walau kondisi fisik bangunan sekolah Dasar itu sungguh memprihatinkan
tapi siswa /i yang ada didalam bangunan itu memliki semangat yang sungguh luar
biasa.semangat belajar yang sangat tinggi.
Allahu Akbar.Pekikan takbir aku ucapkan ketika melihat betapa
menyedihkannya kehidupan Masyarakat didesa ini,suda lebih dari 60 tahun
Republik ini merdeka,merdeka dari penjajahan merdeka segala-galanya namun masih banyak anak bangsa yang belum
menikmati kemerdekaan yang sesungguhnya.Kampung Pak Baim dan Ibu lela,tempat
lahir anak-anak mereka,generasi muda calon pemimpin negeri ini,terlupakan
diujung timur Indonesia.
Penulis adalah : (Aktifis KAMMI MAKASSAR & PRESIDEN LKMM MALUT )
Makassar :19 November 2011
Ditulis Jam :4.00 WITA Dini Hari
SELAMAT MEMBACA